Selasa, 29 Desember 2015

konsep kepemimpinan dalam islam




Kepemimpinan merupakan bagian terpenting dari organisasi lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataannya ketika seorang pemimpin telah menjalankan tugasnya memanaj organisasinya dengan baik maka organisasi tersebut akan menjadi baik pula.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untuk mempengaruhi itu. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak-kehendak pemimpin itu.



A.    Konsep kepemimpinan islam
Pemimpin atau leadership merupakan muatan nilai yaitu seseorang yang mempunyai kapasitas khusus.
Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan kitabullah dan sunnah rasulullah SAW, oleh karena itu sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum allah swt dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada hakekatnya islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam.
Dalam konsep islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertical. Kemudian dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan motivasi, dan pengawasan. [1]
Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Secara mendasar leadership berarti memengaruhi orang. Ini merupakan definisi yang luas dan termasuk didalamnya bermacam-macam perilaku yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin memimpin pada dasarnya memengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi.
Sasaran kepimpinan dalam Islam adalah menerrapkan Syariah dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membangkitkan syarat bagi tegaknya tatanan Islam. Tujuan yang suci ini harus menjadi sasaran setiap pemimpin islam, apabila ia memang menghendaki dukungan, kepatuhan, dan ketundukan dari umat.
Dibawah ini diuraikan ketika nabi Ibrahim diangkat sebagai imam/pemimpin terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 124 :

Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji  Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku".Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

            Ada dua hal yang harus diperhatikan menyangkut surat diatas:
a.       Kepemimpinan dalam pandangan al-quran bukan sekedar kontrak social antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi juga merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan allah SWT, atau dengan kata lain, amanat dari allah SWT.
b.      Apabila amanat diabaikan maka kehancuran akan tiba. Mengabaikan adalah menyerahkan tanggung jawab kepada seseorang yang tidak wajar memikulnya,

Kepemimpinan dalam konsep islam juga menuntut keadilan, karena keadilan adalah hak bagi semua manusia tanpa memandang dari golongan mana dan atas nama apapun.
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada proses untuk menggerakkan kelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan/ disepakati bersama dengan mendorong/memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan bersama. Tujuan tersebut bersifat umum, seperti menyebarkan ilmu yang bermanfaat keseluruh dunia.[2]
Didalam islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditandaskan dalam sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh imam ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi dari ibnu Umar.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Terjemahannya:
“Dari ibnu umar r.a berkata, rasulullah saw bersabda, kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinanmu. Seorang imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung jawaban atas pemimpinannya. Seorang ayah adalah seorang pemimpin dan ia diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang ibu adalah pemimpin dan ia di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pembantu adalah pemimpin dan ia diminta pertanggung jawabannya dalam mengurus harta dan kekayaan tuannya. Seorang anak adalah seorang pemimpin dan ia di minta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dalam menjaga harta benda ayahnya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
 (H.R Ahmadi)

            Dari hadist tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa selama manusia masih merupakan makhluk social, mereka selalu ingin hidup bersama dalam masyarakat, baik dalam masyarakat yang primitive maupun modern. Masing-masing individu harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya, baik sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh kelompoknya maupun pemimpin alami, seperti dalam keluarga.


B.     Sifat-sifat pemimpin dalam islam
Pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:


Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab:21)
Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1.      Bertakwa kepada allah swt, sebagai syarat mutlak sebagai pemimpin yang telah menjadi karakter kepribadiannya.
2.      Siddiq, membenarkan dan meyakini apa saja yang diwahyukan allah kepada rasulnya.
3.      Amanah artinya jujur, tidak pernah berdusta, selalu menempati janji, berani mengatakan yang haknya, bertindak adil dan professional.
4.      Tabligh artinya menyampaikan, pemimpin sebagai informan tentang segala sesuatu yang penting diketahui oleh pengikutnya.
5.      Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul.
6.      Tegas dan teguh pendirian.
7.      Pemaaf, adil, sabar, bertanggung jawab, dan ;
8.      Senang bermusyawarah.[3]


C.    Tugas dan tanggung jawab pemimpin dalam islam
Dalam kehidupan social dan keagamaan kepemimpinan adalah suatu yang sangat urgen dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu, dalam menata kehidupan manusia yang dinamis dan interaktif sudah pasti dituntut adanya seorang pemimpin yang bertugas melaksanakan, memandu, dan membawa pekerjaan itu kearah tercapainya sasaran.
Dalam setiap organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang berfungsi untuk menjalankan tugas kepemimpinan bagi keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan organisasi.[4]

Kepemimpinan sebagai bagian dari politik adalah bagian dari ajaran agama Islam. Tidak benar pernyataan yang mengatakan bahwa agama tidak boleh dibawa kedalam politik. Karena politik itu artinya adalah mengatur, sementara fungsi utama agama adalah mengatur kehidupan manusia. Jadi politik harus bersendikan agama. Agama harus dijadikan pedoman berpolitik dan memberikan pencerahan beragama harus jadi tujuan dalam agenda politik.
Dengan bersendikan agama dan agama sebagai tujuan berpolitik maka akan terwujud politik yang bersih, bermoral, saling menghormati dan saling membangun. Tapi sekarang ada kecenderungan  agama hanya dijadikan “jualan” politik, tujuannya untuk meraih suara dan menampilkan kesan baik calon. Yang seperti ini tidak seiring dengan pernyataan kita bahwa agama harus jadi panduan dan tujuan politik.
Karena politik dan kepemimpinan adalah satu bagian dari agama islam, maka sangat banyak dijumpai dalam al-Quran, hadis ataupun petuah Sahabat yang membincangkan tentang tugas seorang pemimpin.
Tentang tugas kepemimpinan ini, diantaranya, Allah isyaratkan dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 41. Allah swt berfirman:

artinya,”( yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Ayat ini menjelaskan bahwa ada 3 tugas orang-orang yang memperoleh kekuasaan, menjadi pemimpin.[5]
1.      mendirikan shalat, Maksudnya adalah seorang pemimpin mestilah senantiasa baik dari sisi spritualitas. Jiwa yang baik, yang terlahir dari hubunganya yang baik dengan Allah, akan mendorong seorang pemimpin agar tidak lalai dan memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan dirinya atau orang-orang yang satu golongan dengannya saja.
2.      melaksanakan zakat, Zakat adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Dalam hampir semua ayat yang memerintahkan shalat, selalu diiringi dengan perintah kewajiban zakat. Ini menunjukkan pentingnya zakat dalam Islam. Tujuan diwajibkannya zakat adalah menanamkan pemahaman bahwa pada harta setiap orang yang berkemampuan lebih terdapat hak orang lain, yaitu orang-orang miskin. Zakat juga mengajarkan tentang nilai solidaritas, kepedulian kepada golongan yang tidak mampu.
3.      Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dua prinsip ini sifatnya sangat umum. Karena umum, kita memerlukan kepada acuan budaya dan pedoman agama dalam memahami apa saja perkara yang merupakan kebaikan dan kemungkaran.
Dalam sejarah kepemimpinan islam banyak istilah yang dipakai untuk menyebut seorang pemimpin, diantaranya:

(Q.S al-Baqarah : 30)

Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “aku menjadikan khalifah di bumi:. Mereka berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? “Dia berfirman, “sungguh aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.





KESIMPULAN


Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan kitabullah dan sunnah rasulullah SAW, oleh karena itu sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum allah swt dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada hakekatnya islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam.
Pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan.
Dalam kehidupan social dan keagamaan kepemimpinan adalah suatu yang sangat urgen dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu, dalam menata kehidupan manusia yang dinamis dan interaktif sudah pasti dituntut adanya seorang pemimpin yang bertugas melaksanakan, memandu, dan membawa pekerjaan itu kearah tercapainya sasaran










DAFTAR PUSTAKA

-          Baharuddin, 2012, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Arruz Media
-          fakih Rohim Aunur, dkk,  2001, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: Arruz Media
-          Rivai Veithzal dan Arifin Arviyan, 2009, Islamic leadership Membangun superleadership melalui kecerdasan, Jakarta: Bumi Aksara
-          Saefullah, 2012, manajemen pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia
-          Kartini Kartono, 2004, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta:Raja Gravindo Persada



[1] Aunur Rohim fakih, dkk,  Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: Arruz Media) Hlm 3-4
[2] Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic leadership Membangun superleadership melalui kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara) hlm 139
[3] Baharuddin, Kepemimpinan Pendidikan Islam,  (Yogyakarta: Arruz Media) hlm 138
[4] Saefullah, manajemen pendidikan Islam,  (Bandung: Pustaka Setia) hlm 151
[5] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada)  hlm 36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar