Selasa, 15 Desember 2015

TEORI-TEORI BELAJAR PSIKOLOGI


BAB I
PEMBAHASAN

A.    Latar belakang
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangakan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melaluli tindakan-tindakan belajar.[1] Dari penjelasan tersebut terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. karena itu tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar.

B.     Rumusan masalah
a.       Apa itu Teori-teori dalam belajar psikologi?
b.      Jelaskan apa itu Teori belajar behavioristik, Teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistis ?
c.       Jelaskan perkembangan psikologi behavioristik, kognitif, dan humanistis ?

C.    Tujuan
a.       Untuk memenuhi tugas psikologi pendidikan
b.      Untuk mengetahui teori belajar behavioristik, kognitif dan humanistis
c.       Untuk mengetahui perkembangan psikologi behavioristik,kognitif,  dan humanistis.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori-teori belajar dalam psikologi pendidikan
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. di dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
1.      Psikologi behavioristik
2.      Psikologi kognitif
3.      Psikologi humanistik
Ketiga aliran psikologi pendidikan diatas tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar, yaitu:
a.       Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik
b.      Teori-teori belajar dari psikologi kognitif
c.       Teori-teori belajar dari psikologi humanistik
Teori- teori ini akan di jelaskan pada sub bab selanjutnya.

B.     Teori-teori belajar psikologi Behavioristik, kognitif, dan humanistis
1.      Teori-teori belajar psikologi behavioristik
Teori ini disebut juga dengan Teori ilmu jiwa tingkah laku dikarenakan teori ini mengamati tingkah laku seseorang, atau makhluk hidup yang menjadi objek dari pembelajaran psikologi, teori ini dilatar belakangi oleh;[2]
1. Akibat memuncaknya perkembangan ilmu pasti alam dan industrialisasi di Amerika.
2. Hasil penyelidikan Ivan Pavlov, seorang bangsa Rusia, tentang psikologi Refleks.
3. Adanya dua aliran yang bertentangan di Amerika, yaitu Strukturalisme dan Functionalisme.
4. Filsafat Fragmatisme (William James) yang populer di Amerika pula.

Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorist” atau juga disebut S-R psikologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.[3]
            Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) trhadap tingkah laku tersebut.
Kelemahan Teori Behavioristik, antara lain;
a)      Proses belajar itu dapat di amati secara langsung padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya.
b)      Proses belajar itu bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot. Padahal setiap siswa memiliki kemampuan mengarahkan dan mengendalikan diri yang bersifat kognitif.
Proses belajar manusia yang di analogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit di terima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.

2.      Teori-teori belajar Psikologi Kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kogniifis menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada “insight” terhadap hubungan-hubungan yang ada didalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus didalam lingkungan serta pada factor-faktor yang mempengaruhi pengamatan. [4]

3.      Teori-teori belajar dari psikologi Humanistis
Psikologi humanistis yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu utuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalm mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
 Dari ketiga teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik.

C.    Perkembangan psikologi behavioristik, psikologi kognitif dan psikologi humanistis
1.      Teori-teori yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.[5]
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi anatara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”, individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial and error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.
            Ciri-ciri belajar dengan “trial and error” yaitu :
a.       Ada motif pendorong aktivitas;
b.      Ada berbagai respon terhadap situasi;
c.       Ada eliminasi respon-respon yang gagal / salah; dan
d.      Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penelitiannya itu, Thorndike menemukan hukum-hukum yaitu :[6]
1)      Law of readiness ; jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2)      Law of exercise; makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan reward.
3)      Law of effect; bilamana terjadi hubungan stimulus dan respon, dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang menggangu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Sementara Thorndike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov itu (1849-1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “classical conditioning” atau “stimulus substitution”. Teori Pavlov dari percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson (1878-1958) adalah orang pertama di Amerika serikat yang mengembangkan teori-teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya reflek-reflek atau respon-respon bersyarat melalui pengganti. Menurut Watson, manusia berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui conditioning. [7]
E.R. Guhtrie (1886-1959) memperluas pertemuan Watson tentang belajar. Ia mengemukakan prinsip belajar yang disebut “the law of association” yang berbunyi ; suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali. Dengan kata lain, jika anda mengajarkan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan mengajarkan hal serupa lagi.
Menurut skinner’s ia menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai factor terpenting dalam proses belajar. Skinner’s berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Skinner’s membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :
a)      Respondents : respon yang terjadi karena stimulus khusus, misalnya Pavlov.
b)      Operants : respon yang terjadi karena situasi random


2.      Teori-teori pertumbuhan belajar psikologi kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar “gestalt”. Psikologi gestalt yang menekankan bahasan masalah konfigurasi, stuktur dan pemetaan dalam pengalaman. Kaum Gestaltis berpendapat, bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Suatu konsep yang penting dalam psikologi gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian didalam suatu situasi didalam permasalahan.
Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-ubungan, terutama hubungan anatara bagian dan keseluruhan.[8]
Menurut psikologi gestals tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan ganjaran.

3.      Teori-teori pertumbuhan belajar psikologi humanistis
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang, kemudian dikenal sebagai psikologi humanistic, eksestensial, perceptual, fenomenologikal. Psikologi ini berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observe).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistic muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahandan inovasi yang terjadi selama dua decade yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.

a.       Tokoh-tokoh humanistic
Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistic seperti : Combs, maslov, dan Rogers.
1)         Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Apabila seseorang guru mengeluh bahwa siswa nya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada learning, ialah :
a)    Pemerolehan informasi baru,
b)   Personalisasi informasi, ini pada individu

2)      Maslov
Teori didasrkan atas asumsi bahwa didalam diri kita ada dua hal :
a)      Suatu usaha yang positif untuk berkembang,
b)   Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kea rah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
3)      Rogers
Dalam bukunya freedom to leam, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, diantaranya ialah :
a)      Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami
b)      Belajar yang signifikan terjadi apabila subjek master dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri
c)         Belajar yang menyangkut suatu perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d)     Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e)      Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f)    Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan   melakukannya.
g)      Belajar dipelancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h)      Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam.
i)     Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j)        Belajar yang paling berguna secara sosial didalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya kedalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.













BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
 Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. di dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu; Psikologi behavioristik, Psikologi kognitif , Psikologi humanistik.
Teori belajar psikologi behavioristik adalah Teori ini disebut juga dengan Teori ilmu jiwa tingkah laku dikarenakan teori ini mengamati tingkah laku seseorang, atau makhluk hidup yang menjadi objek dari pembelajaran psikologi.
Teori-teori belajar Psikologi Kognitif, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kogniifis menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.
Psikologi humanistis yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Dari ketiga teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M, 2012, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Sujanto, agus, 1993, psikologi umum, jakarta: bumi askara.
Sarwono, wirawan sarlito, 1970, teori-teori psikologi sosial, jakarta: rajawali pers
Sumaryono, E, 1999, hermeneutik, yogyakarta: kanisius.
Soemanto, Wasty, 1998, Psikologi pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta


[1] Whiterington,psikologi pendidikan,(bandung; remaja rosdakarya, 1982) hlm. 10
[2] Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta; Bumi Aksara, 1993) hlm. 115
[3] Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta) hlm. 30
[4] Ibid., hlm 34
[5] Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1970) Hlm. 83
[6] Op. Cit, hlm 31
[7] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan,  (Jakarta; Rineka Cipta) hlm125
[8] Ibid., hlm 129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar